Rabu, 28 Oktober 2015

UNTUK KADER DAKWAH YANG TAK INGIN GUGUR..

Shared Ustadz Salim A.Fillah

Assalamualaikum wr.wb ..

Untuk kader dakwah yang tak ingin gugur, bukan gugur menjadi syahid atau syahidah. Tapi gugur menjadi kader yang say good bye sebelum masanya. Layu sebelum berkembang. Kader yang mundur dari karena jihad, padahal telah nampak musuh di hadapan. Bukan mundur karena mengatur strategi perang atau bergabung dengan rombongan, tetapi mundur karena iman yang kian bercampur. Bercampur dengan kesenangan dunia yang semakin amburadul.

Sahabat..
Jalan ini bukan untuk bersenang-senang, meski akhirnya adalah kesenangan
Jalan ini bukan untuk meminta pelayanan, meski akhirnya adalah pelayanan yang istimewa untuk kita

Sahabat.. yakinlah..
Akhir perjalanan ini bukan kesengsaraan
Sahabat, mengertilah..
Akhir perjalanan ini adalah kemegahan yang tak kunjung sirna
Di ujung jalan ini bukan gubug reot dan usang yang ada
Tapi, rumah megah yang penuh kenikmatan
Rumah megah yang pelayannya tak pernah bisa tua
Rumah megah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai..
Bukan sungai Batang Hari yang kotor dan butek airnya
Bukan juga Ciliwung yang suka Banjir dan menampung banyak limbah

Akan tetapi sahabat, pahamilah..
Tabiat jalan dakwah tetaplah bukan bertabur bunga, tapi penuh duri-duri tajam. Jalan ini..berliku dan berjurang curam..Sehingga, tak banyak yang berkenan melewatinya. Tak sedikit yang menyerah kalah..

Subhanaallah..hari ini Allah masih menguatkan kaki kita menapakinya. Alhamdulillah, Allah memilih kita untuk bersamanya..

Laa Ila Haillallah kita masih ingin menegakkannya. Allahuakbar! Allah selalu menjadi back up utama kita.

Meskipun demikian, kita tak harus menjadi orang-orang yang percaya diri untuk selalu berada di jalan ini. Karena setan dan konco-konconya tak punya lelah mencari cara menjerumuskan manusia. Mereka menyediakan jalan-jalan lain yang lebih menyenangkan. Mereka selalu membisikkan ke dalam hati manusia kesenangan dunia. Oleh sebab itu, jangan ke-pede-an untuk tetap berada di jalan ini. Banyak aral melintang untuk tetap bertahan.

tetaplah berada dikapal dakwah ini apapun yg terjadi

Selasa, 27 Oktober 2015

ANAK KECIL ITU ADALAH GURU KEHIDUPANKU...

inspirasi pagi

Subhannallah.
Tak tahan air mataku menetes ...

Sesudah jumatan aku masih duduk di teras mesjid di salah satu kompleks sekolah.
Jamaah mesjid sudah sepi, bubar masing-masing dengan kesibukannya.
Seorang nenek tua menawarkan dagangannya, kue traditional. Satu plastik harganya lima ribu rupiah.
Aku sebetulnya tidak berminat, tetapi karena kasihan aku beli satu plastik.

Si nenek penjual kue terlihat letih dan duduk di teras mesjid tak jauh dariku. Kulihat masih banyak dagangannya.
Tak lama kulihat seorang anak lelaki dari komplek sekolah itu mendatangi si nenek. Aku perkirakan bocah itu baru murid kelas satu atau dua.

Dialognya dengan si nenek jelas terdengar dari tempat aku duduk.

"Berapa harganya Nek?"
"Satu plastik kue Lima ribu, nak", jawab si nenek.
Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan dari kantongnya dan berkata :
"Saya beli 10 plastik, ini uangnya, tapi buat Nenek aja kuenya kan bisa dijual lagi."

Si nenek jelas sekali terlihat berbinar2 matanya : "Ya Allah terima ksh bnyk Nak. Alhamdulillah ya Allah kabulkan doa saya utk beli obat cucu yg lagi sakit." Si nenek langsung jalan.

Refleks aku panggil anak lelaki itu.
"Siapa namamu ? Kelas berapa?"

"Nama saya Radit, kelas 2, pak", jawabnya sopan.
"Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?'"
" Oh .. tidak Pak, saya dikasih uang jajan sama papa sepuluh ribu sehari. Tapi saya tidak pernah jajan, karena saya juga bawa bekal makanan dari rumah."

"Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?", tanyaku semakin tertarik.

"Betul Pak, jadi setiap jumat saya bisa sedekah Lima puluh ribu rupiah. Dan sesudah itu saya selalu berdoa agar Allah berikan pahalanya untuk ibu saya yang sudah meninggal. Saya pernah mendengar ceramah ada seorang ibu yang Allah ampuni dan selamatkan dari api neraka karena anaknya bersedekah sepotong roti, Pak", anak SD itu berbicara dengan fasihnya.

Aku pegang bahu anak itu : " Sejak kapan ibumu meninggal, Radit?"
"Ketika saya masih TK, pak"
Tak terasa air mataku menetes : "Hatimu jauh lebih mulia dari aku Radit, ini aku ganti uang kamu yg Lima puluh ribu tadi ya...", kataku sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan ke tangannya.

Tapi dengan sopan Radit menolaknya dan berkata : "Terima kasih banyak, Pak... Tapi untuk keperluan bapak aja, saya masih anak kecil tidak punya tanggungan... Tapi bapa punya keluarga.... Saya pamit balik ke kelas Pak".

Radit menyalami tanganku dan menciumnya.
"Allah menjagamu, nak ..", jawabku lirih.

Aku pun beranjak pergi, tidak jauh dari situ kulihat si nenek penjual kue ada di sebuah apotik. Bergegas aku kesana, kulihat si nenek akan membayar obat yang dibelinya. Aku bertanya kepada kasir berapa harga obatnya.

Kasir menjawab : " Empat puluh ribu rupiah.."
Aku serahkan uang yang ditolak anak tadi ke kasir : " Ini saya yang bayar... Kembaliannya berikan kepada si nenek ini.."
"Ya Allah.. Pak..."
Belum sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan apotik... Aku bergegas menuju Pandeglang menyusul teman-teman yang sedang keliling dakwah disana.

Dalam hati aku berdoa semoga Allah terima sedekahku dan ampuni kedua orang tuaku serta putri tercintaku yang sudah pergi mendahuluiku kembali kepada Allah.

Semangaaat paagi sahaabaat..... ayooo ceria ..... dlm meraih RidhaNya....